Jombang Darurat Kekerasan Seksual Anak

Kawan-kawan kasus ini menambah daftar kelam kondisi anak di Jombang, setelah sebelumnya terjadi pada pelajar ngaji. Aku mengecam keras praktek kekerasan seksual terhadap anak.

Perlu dicatat, data yang aku kumpulkan menunjukkan sebagian besar pelaku kekerasan seksual anak, terutama perempuam, adalah orang dekat; kawan, keluarga, tetangga, bahkan pendidik. Mereka yang seharusnya melindungi justru berbalik memangsanya.

Harus ada upaya konkrit dari seluruh pihak, terutama pemerintah dan organisasi masyarakat dan keagamaan. Pemkab perlu menyatakan darurat kekerasan seksual anak di Jombang, dan menyusun kerja-kerja implementatif, sebagaimana mereka merespon bahaya narkoba.

Salah satu hal yang mendesak dilakukan adalah melengkapi seluruh RT/RW, PKK, Dasawisma dan sekolah, dengan kemampuan deteksi dini terjadinya kekerasan dalam keluarga. Jika perlu, pemkab bisa menggandeng NU, Muhammadiyah, gereja, dan institusi lain.

Dengan adanya early warning system seperti itu, kekerasan seksual akan bisa diminimalisir. Predikat kota layak anak yang disumbang

Aku juga mendesak foto pelaku kekerasab seksual dipasang di Taman ASEAN atau tempat2 strategis lainnya  agar seluruh kota tahu.

Pemkab tidak boleh lagi menyepelekan masalah ini.

Siapa yang bisa menjamin kekerasan serupa tidak menjamah orang-orang terdekat kita?

Mari kita selamatkan Kota Santri ini!

Terima kasih

*Aan Anshori*

GUSDURian Jombang
Direktur LINK Jombang
08155045039

Rilis Jaringan Islam Antidiskriminasi (JIAD) terkait Pembubaran Seminar Pengungkapan Sejarah 1965/66 di LBH Jakarta

Assalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh,

Sebagaimana kita saksikan bersama, pagi tadi sekitar pukul 09.00, ratusan massa didukung oleh aparat keamanan dan militer melakukan blokade di areal LBH Jakarta. Tujuannya, agar pelaksanaan diskusi publik mengungkap Sejarah Genosida 1965/1966 oleh Forum 65 tidak terlaksana.

Aparat bersama pendukungnya bahkan merangsek masuk gedung LBH dan terlihat mencopoti banner serta memaksa acara benar-benar tidak dilakukan. JIAD memandang aparat dan massa bertindak arogan dan sangat takut atas kegiatan tersebut. Hal ini sungguh tidak bisa dinalar; apa yang ditakutkan dari sebuah diskusi yang pesertanya kebanyakan telah lanjut usia?

Sungguhlah aneh menyematkan tuduhan makar terhadap kegiatan ini mengingat PKI tidak pernah secara nyata dibuktikan keberadaannya. Penjelasan yang paling masuk akal pembubaran ini adalah ketakutan massal terbukanya aib Genosida 1965/66 yang dilakukan Negara kala itu. Sebagaimana hasil penyelidikan pro yustisia Komnas HAM, telah terjadi pelanggaran HAM berat dalam berbagai bentuk, diantaranya; penganiayaan, pemerkosaan, pembunuhan, penghilangan paksa, sampai perbudakan.

Atas hal ini, JIAD menyatakan sikap sebagai berikut:

1. Mengecam pembubaran acara tersebut karena bertentangan secara nyata atas kemerdekaan menyampaikan pendapat;

2. Meminta Presiden Jokowi bersungguh-sungguh melaksanakan mandat Nawacita dalam penegakan HAM, dalam hal ini memastikan keadilan bagi Korban 65/66 secara hukum;

3. Mengajak masyarakat untuk bersikap arif dan jujur dalam menyikapi masa lalu, dan tidak menggunakan kekerasan dalam menyikapi perbedaan. Pengungkapan kebenaran dalam Genosida 65/66 akan membebaskan bangsa ini dari belenggu kutukan masa lalu.

Wallohul muwaffiq ilaa aqwamith thoriq Wassalamualaikum warihmatullohi wabarokatuh

Surabaya, 16 September 2017

Aan Anshori

Inside-Ambon; Kala Perempuan Kristen-Islam berbagi Payudara

Oleh Ika Hattu, Jemaat GPM Rehoboth Ambon, mahasiswi Universitas Pattimura.

Pada tanggal 25 Juli 2017, saya mengikuti training Penggerak Perdamaian dan Keragaman Berbasis Komunitas (Pelatihan Modul Deradikalisasi) yang dilaksanakan selama 4 hari. Penyelenggaranya PGI dan gereja saya, GKM Rehoboth Ambon.

Kegiatan ini diikuti oleh 25 orang peserta baik yang beragama Kristen Protestan maupun yang beragama Muslim pada lingkup daerah Maluku.

Pada hari kedua tepatnya 26 Juli 2017 sesuai dengan jadwal kegiatan, kami mengikuti sesi "perjumpaan komunitas". Ada 3 komunitas yang akan kami datangi, diantaranya berlokasi pada Batu Merah - Masjid Agung AN-NUR dan Kantor Negeri Batu Merah, Latta- Jemaat Latta GPM Klasis Pulau Ambon Timur dan Komunitas Muslim Latta, dan Lorong Sagu-Paparisa markas komunitas "Ambon Bergerak"

Sekitar Pukul 11.26 WIT kami pun sampai di Negeri Batu Merah dan langsung ke Masjid Agung AN-NUR. Kami berjumpa dengan Ustad Emang yang saat itu menyambut kami dengan ramah. Dia merupakan wakil imam dan salah dari 3 penghulu di sana.

Ustad Emang ini meskipun berasal dari Sulawesi Tenggara tetapi sudah dari kecil menetap di Batu Merah karena nenek dan ibunya lahir di Batu Merah. Ustad ini kemudian menceritakan sekilas tentang sejarah Masjid Agung An-Nur Bangunan yang kami singgahi ini sudah didirikan sejak tahun 1575.

Yang menarik, dalam perjalanannya, masjid ini pernah direnovasi dan melibatkan umat Kristen dari Negeri Passo dan Negeri Ema --keduanya merupakan pela dari Batu Merah.

Setelah kami berbincang dengan Pak Ustad kami pun ke Kantor Negeri Batu Merah dan berbincang dengan Ketua Saniri yang biasa dipanggil om Ongen. Dia menceritakan bagaimana pengalaman masa lalu Negeri Batu Merah menjadi beban moral bagi warganya karena seringkali dicap sebagai pembawa kerusuhan padahal sebenarnya dikambinghitamkan.

Satu pesan Om Ongen, kita tidak boleh mendengar hasutan politik dalam negeri ini melainkan kita harus lebih memperkuat tali persaudaran hubungan Pela-Gandong.

Kami pun melanjutkan perjalanan ke Latta dan kami tiba sekitar Pukul 13.30 WIT di Gereja Elohim Jemaat Latta Klasis Pulau Ambon Timur, kami berjumpa dengan Ketua Majelis Jemaat Latta Pak Edi, Pemerintah Negeri Latta yang diwakili oleh Pak Nus Syauta dan Komunitas Muslim Latta yang diwakili oleh Pak Maman dan Ibu Li. Saat itu kami dipandu oleh moderator Pdt. Jacky Manuputty.

Kami pun berbincang mengenai hubungan persaudaraan masyarakat Latta Kristen dan Muslim yang semakin hari semakin erat, salah satu buktinya yaitu pada bulan Februari 2017 adanya sidang tahunan klasis Pulau Ambon Timur yang dihadiri oleh perwakilan 27 Jemaat dilaksanakan di Jemaat Latta Gereja Elohim. Pada saat itu, komunitas muslim Latta menyambut peserta sidang dengan menyanyi dan memainkan alat musik.

Ketua Majelis Pak Edi juga sangat bangga sudah melayani 3 tahun di sini. Dia terpukau dengan kerukunan antar agama di Latta ini, karena dia juga seorang yang berpindah agama dari Muslim ke Kristen lalu menjadi Pendeta dan berasal dari Suku Jawa. Pak Nus juga menambahkan bahwa relasi lintas agama ini sudah ada sejak dulu dan harus dipertahankan keserasian sosial ini untuk dikelola secara bersama-sama.

Pak Maman pun turut berbagi pengalaman mengenai kerukunan ini, dimana dulu terjadinya kerusuhan warga muslim Latta harus mengungsi ke tempat yang lebih aman karena takut akan tetapi Kepala Pemerintah Desa Latta yang saat itu menjabat Pak Robert datang ke tempat pengungsian untuk meminta warga muslim Latta balik.

Sangat terharu warga muslim saat itu karena mereka tak menyangka Kepala Desa datang atas nama warga Latta dan meminta mereka balik. Bukan hanya itu saja kerukunan yang terjadi di Latta sungguh membuat saya kagum. Ibu-ibu muslim menyusui bayi Kristen sebaliknya ibu-ibu Kristen menyusui bayi muslim.

Kami berbincang ria hingga pukul 16.00 WIT kami harus melanjutkan perjalanan kami ke komunitas selanjutnya di Lorong Sagu yaitu Paparisa Ambon Bergerak (PAB) merupakan komunitas terakhir yang kami kunjungi. Kami tiba disitu sekitar Pukul 16.48 WIT dan disambut Kak Pierre yang biasanya dijuluki Bapak Komunitas PAB.

Lelaki ini menceritakan PAB dimulai tahun 2009. Mereka mempromosikan perdamaian Ambon melalui media sosial. Ada banyak komunitas yang tergabung di sana; Komunitas Rap, Komunitas Band, Komunitas Mobil dan Komunitas Sastra.

PAB banyak diisi anak-anak muda yang punya tujuan sama untuk memajukan Ambon dan mempererat hubungan persaudaraan baik Kristen maupun Muslim. Banyak hal yang sudah dilakukan Ambon Bergerak diantaranya kegiatan Save Aru.

Dan banyak juga penghargaan yang didapat Ambon Bergerak ini diantaranya juga yaitu Anugerah Komunikasi Indonesia, Komunitas Pengguna Sosial Media Terbaik. Kak pierre juga menyatakan bahwa dari HOBI dapat menyatukan perbedaan. Jangan kita termakan isu-isu yang ingin menghancurkan generasi oenerus Maluku -- lebih khususnya Ambon. Ingat slogan kita 'ale rasa beta rasa, sagu salempeng patah dua'.

Saya merasa menemukan beberapa hal di 3 tempat tadi. Pertama, generasi penerus Ambon semakin berkembang tanpa melihat kelamnya masa lalu. Mereka lebih terfokus untuk hidup pada hubungan pela-gandong yang mempersatukan, juga berkolaborasi hobbi untuk menghilang perbedaan.

Kedua, bagi saya, keterbukaan sangatlah penting untuk membangun sebuah relasi yang kuat. Kita Maluku tidak boleh lagi tenggelam dalam dendam masa lalu, biarkanlah itu menjadi masa lalu. Saat ini kita harus berbenah diri lebih baik dalam menciptakan kedamaian dan kerukunan, hilangkan ketakutan dan kecurigaan.

Beta cinta Maluku.

Rafia Cooper dan Suaminya

"You want me to talk about us?" kata Walikota Culver City California, Jeffrey Cooper, sembari memandangi istrinya, Rafia, dari jarak yang agak jauh. Meminta konfirmasi pada perempuan ini.

Meski datang bersamaan dalam forum kami namun Cooper dan istrinya duduk terpisah dua orang --suatu hal yang tidak lazim. Di Indonesia pejabat setingkat walikota pasti akan didudukkan berdampingan. Mungkin karena hal itu sudah menjadi protokol dalam acara formal.

Namun acara kami di King Fahad Islamic Foundation Culver City bisa dikatakan formal sekaligus tidak formal. Formal karena banyak pejabat penting, salah satunya perwakilan FBI, hadir di sana. Dikatakan tidak formal sebab situasi forum berjalan sangat santai, seperti jagongan di balai RT.

Hadir juga Kapolres Culver City bersama dua orang anak buahnya dengan pakaian preman dengan pistol dan lencana di pinggang.

Forum yang dihelat Kamis (31/8) tersebut mendialogkan potret keragaman warga Culver City dan upaya pemerintah beserta stakeholder lain. Kami peserta IVLP memang tengah berbagi pengalaman terkait kehidupan umat Islam di kota ini.

Cooper yang sebelumnya merupakan wakil walikota ini dengan cerdas memapar berbagai upaya yang dilakukan warga dan pemerintahannya. Kesuksesan dan tantangan ia sampaikan dengan santun dan penuh apresiasi.

Saat ia selesai menjawab pertanyaan kami. Ia kemudian menoleh ke istrinya yang memang tengah memperhatikan Cooper. Terus terang saja, saat pasangan ini memasuki forum, saya terus memperhatikannya.

Rafia dan Cooper menarik perhatian saya karena perempuan ini bukan "white people". Wajahnya yang terlihat sangat Timur Tengah ini berpadu dengan penampilan yang jauh dari kesan formal. Rafia begitu tampak sangat percaya diri meskipun ia tidak banyak bicara kecuali perkenalan singkatnya. "My name is Rafia Cooper. I am his wife," ujarnya sembari menunjuk lakinya sembari tersenyum.

Saya melacak sedikit tentang perempuan ini, yang ternyata berkecimpung di usaha permata (jewelry). Alih-alih glamour, Rafia bisa dikatakan cenderung lebih menonjol aspek seninya. Saya mengenal beberapa perempuan yang berkecimpung di dunia art. Dan kesemuanya selalu mempunyai ciri konfidensi tinggi.

"You want me talk about us?", saya kira, merupakan pertanyaan konfirmasi Cooper atas keinginan istrinya yang meminta agar laki-laki tersebut bercerita tentang hubungannya kepada kami. " Why don't you tell them about us?" Mungkin kalimat itu yang saya perkirakan disampaikan Rafia pada suaminya.

"I am Jews and my wife is Muslim," ungkap Cooper. Kami pun sontak manggut-manggut dan memberi applaus.

Rafia seperti ingin menyampaikan kepada kami; keragaman Culver City juga menancap abadi dalam relasi personal suami-istri ini. Perkawinan   pelangi ini rasanya menjadi kawah pendadaran bagi anak-anak mereka mencecap kebaikan dari dua sumber; Yahudi dan Islam.

"Mom, can I have your picture both?" saya meminta izin setelah bersantap siang. Selanjutnya saya pun melakukan stalking ke instagram perempuan ini.

Featured Post

MENULIS SEPERTI BERAK!

Aku lupa siapa yang mempopulerkan jargon di atas. Jika tidak salah, itu omongan Abdullah Idrus, salah satu penulis idola Pramoedya Ananta T...

Iklan

Tulisan Terpopuler