13+16+7


Ini adalah kombinasi baru berkaitan dengan sosok yang dihormati ratusan juta orang Islam. Termasuk bagiku.

Bagi mereka mengetahui lebih dalam sosok yang dianggap suci dalam sebuah agama adalah hal fundamental, termasuk dalam Islam. Darinya diharapkan kita bisa mengambil teladan (uswah) agar menjadi pribadi yang lebih baik.

Nabi Muhammad (NM), oleh para pengikutnya, telah dipercaya sebagai profil sempurna. Sosoknya dianggap representasi utama untuk menuju Tuhan.

Itu sebabnya, semakin banyak pengetahuan yang dicecap darinya, semakin seseorang lebih mengenalnya. Dan, semakin dalam pengetahuan terkait dirinya semakin terbuka peluang seseorang bisa menjadi rahmatan lil 'alamin.

Beberapa waktu lalu aku telah menuliskan sekitar 13 perempuan yang pernah hidup di sekeliling Nabi --baik sebagai istri maupun selir. Sembilan dari mereka, dalam tradisi Muslim-Sunni, dikenal sebagai ummahat al-mu'minin (mothers of believers). Tiga orang meninggal sebelum Nabi. Satu yang lain adalah Maria Qibtiyyah (Koptik).

Aku berusaha menuliskan mereka supaya pengetahuanku bertambah dan, yang paling penting, agar lebih mengingat mereka. Menulis adalah salah satu cara terbaik untuk mematri dalam ingatan.

Selama ini, yang aku ingat dari para perempuan dalam rumah tangga Nabi adalah mereka yang berstatus istri maupun selir. Jumlahnya sudah aku sebutkan di atas.

Yang baru aku tahu, setelah membaca karya Montgomery Watt, Muhammad at Medina, masih ada cukup banyak perempuan yang ada di sekeliling Nabi.

Dalam buku tersebut, tepatnya di bagian Excursus L, Watt menjadikan beberapa buku sejarah dan tafsir yang tergolong babon sebagai sumbernya. Misalnya, karya Ibn Hisyan, al-Tabari --Tarikh al-Rusul dan Tafsir Jami' al-Bayn-- serta kitab milik Ibn Sa'ad, Tabaqat. Selain itu, Watt melengkapinya dengan catatan dari Caetani, Annali dell' Islam; G.H. Stern, Marriage in Early Islam; Wellhausen, Die Ehe bei den Arabern.

Siapapun yang mempelajari sejarah Islam pasti tahu buku-buku rujukan tersebut. Watt memang dikenal bukan sarjana kaleng-kaleng. 

Ia adalah professor studi-studi Arab dan Islam di Universitas Edinburg. Penerima gelar kehormatan Doctor of Divinity dari Universitas Aberdeen ini juga tercatat sebagai pendeta di Gereja Episkopal Skotlandia. Oleh beberapa media Islam, Watt dijuluki sebagai Orientalis Terakhir. 

Mendengar kata "orientalis," biasanya akan banyak orang Islam yang ancang-ancang membuang muka, menyepelekan apapun hasil kinerja mereka. Tidak peduli seakademik apapun karya mereka dihasilkan. 

Kritisisme mereka akan selalu dianggap merongrong Islam. Aku sendiri pernah lama dididik untuk berpikir seperti itu juga, sampai akhirnya aku merasa malu mempertahankan nalar itu.

Mungkin, keterusterangan Watt mengupas para perempuan di sekeliling NM akan dimaknai sebagai penggangsiran kredibiltas sosok paling suci dalam agama Islam. Hanya saja, menurutku, justru melalui tulisan dan analisisnya, setiap orang bisa memutuskan bagaimana ia akan bersikap.

Saat menelisik para perempuan, selain yang berjumlah 13 tadi, Watt tidak cukup yakin berapa jumlah persisnya. NM pada waktu sangatlah berkuasa. 

Itu sebabnya, banyak suku (tribe) ingin menjalin relasi dengannya melalui jalur perkawinan. Aku menjadi teringat bahwa model seperti ini mirip dilakukan oleh pesantren-pesantren untuk memperkuat jaringan antarmereka. 

Anak kiai pesantren x dikawinkan dengan anak kiai dari pesantren lainnya, ditautkan sedemikian rupa sehingga membentuk pola seperti sarang laba-laba. 

Watt mencatat terdapat setidaknya 16 perempuan yang kabarnya memiliki relasi (civil union) dengan NM namun tidak bertahan sampai selesai (berpisah). 

Siapa saja mereka?

Dari Banu (keluarga) Kindah, terdapat dua nama. Pertama, Asma bint Nu'man, menikah Juni 630 Masehi. Menurut cerita, Asma berpisah sebelum sempat dinikahi. 

Ada yang berpandang Asma termasuk "mothers of believers," namun ada sebagai versi cerita yang menolak statusnya ini. Ia dikabarkan menikah lagi setelah berpisah dengan NM. 

Kedua, Qutayla bint Qays, saudari al-Ash'ath bin Qays yang pernah memberontak terhadap Abu Bakar sebelum akhirnya bergabung dengan Islam dan menjadi pemimpin. Rencana perkawinan Qutayla gagal karena NM meninggal dunia.

Perempuan ketiga dari Banu Layth, bernama Mulaykah bint Ka'b (Layth). Terdapat beberapa kabar yang menyatakan; pertunangan tidak berlanjut ke jenjang perkawinan (consumation); keduanya menikah Januari 630 dan meninggal; serta ada kabar yang menyatakan NM tidak pernah melakukan perkawinan dengan perempuan dari keluarga Kinanah --dimana banu Layth menjadi bagiannya.

Perempuan keempat yang disebut Watt adalah Bint Jundub binn Damrah, keluarga Kinanah. Terdapat cerita yang menyatakan perkawinan keduanya terjadi namun juga ada yang menyangkal.

Perempuan kelima hingga kesembilan berasal dari Banu Kilab, yakni: Fatimah bint ad-Dahhak, 'Amrah bint Yazid, 'Aliyah bint Zabyan, Saba bint Sufyan, dan Nashah bint Rifa'ah.

Perempuan kesepuluh adalah Ghazlyah bint Jabir, atau terkenal dengan nama Umm Sharik. Terdapat kesepakatan luas diantara sejarawan Islam bahwa ia adalah sosok yang disebut dalam Q. 4. 25/29), yakni perempuan yang mengajukan dirinya untuk diperistri NM. 

Ada versi yang menyatakan, NM yang mengajukan lamaran. Sharik diceraikan sebelum keduanya "berkumpul," (consumate).

Sedangkan perempuan kesebelas hingga lima belas adalah Fatimah bint Shurayh; Sana atau Saba bint (Asma' b.) as-Salt (Sulaym),  meninggal sebelum perkawinan dilangsungkan; ash-Shanba' bint 'Amr dari Banu Ghifar sekutu Banu Qurayza --diceraikan karena menyampaikan perkataan yang skeptis terkait kematian Ibrahim putra NM dengan Maria Qibtiyah; Khawlah bint al-Hudhayl dari Banu Taghlib, meninggal sebelum perkawinan berlangsung; dan, 
Khawlah bint Hakim dari Banu Sulaym. 

Kabarnya, saat Khawlah meninggal "posisinya," digantikan Sharaf bint Khalifah dari Banu Kalb), yang merupakan bibinya dari garis ibu. Dengan demikian Sharaf merupakan perempuan keenambelas dalam cerita romansa NM.

Apakah berhenti sampai di sini? Ternyata tidak. 

Watt menemukan tujuh nama perempuan lain yang pernah diperbincangkan akan dikawinkan dengan NM. Namun, tidak ada rencana tindak lanjut setelahnya. Mereka adalah Habibah bint Sahl dari kelompok Ansar -- keluarga Malik b. an-Najjar; Layla bint al-Khatim dari kelompok Ansar -- keluarga Zafar;  Umm Hani' bint Abi Talib dan Umm Habib bint al-'Abbas, keduanya dari Banu Quraysh -- keluarga Hashim); Duba'ah bint 'Amir dari keluarga 'Amir b. Sa'sa'ah); Safiyah bint Bashshamah dari Banu Tamim -- keluarga al-'Anbar); dan yang terakhir adalah 'Ammarah (atau Umamah) bint Hamzah dari Banu Quraysh -- keluarga Hashim.

Maka, total jumlah perempuan yang dikabarkan pernah berada dalam kehidupan personal-romansa NM adalah 36 orang. 

Pertanyaan krusial yang mungkin mengemuka dari pemaparan di atas; bagaimana kita, baik orang Islam atau bukan, menyikapinya? 

Semoga ada waktu menuliskan hal ini. Wallohu a'lam.(*)

Featured Post

MENULIS SEPERTI BERAK!

Aku lupa siapa yang mempopulerkan jargon di atas. Jika tidak salah, itu omongan Abdullah Idrus, salah satu penulis idola Pramoedya Ananta T...

Iklan

Tulisan Terpopuler