TELAT TERBAYAR NIKMAT

Aku telat datang pada undangan natalku pertama tahun ini. Acara telah selesai saat aku datang. 

"Tapi aku bersyukur, pak pend, akhirnya bisa datamg ke GPPS Kendil Wesi," ujarku pada Pdt. Lukas, salah satu gembalanya. 

Gereja ini berlokasi di Pulorejo Tembelang, dekat Sungai Brantas. Jaraknya sekitar 10-12 kilometer dari rumahku. Aku belum pernah ke sana sebelumnya. 

Saat diundang via telpon oleh Pdt. Lukas, aku sangat senang. Ini kesempatan untuk berkunjung ke sana. Aku memang selalu tertarik mengunjungi gereja-gereja baru, termasuk di Jombang. Ketertarikanku terutama berkaitan dengan cerita pendiriannya. Pastilah, batinku, tidak mudah dalam pendiriannya. 

"Sekitar 2006, kami pernah didatangi rombongan kelompok Islam dari Jombang kota. Mereka keberatan dengan gereja kami," ujar Pdt. Lukas.

Uniknya, rombongan tersebut malah justru dicegat oleh masyarakat kampung yang semuanya muslim, tidak boleh mengganggu keberadaan gereja. Oleh mereka, GPPS Kendilwesi sudah dianggap bagian dari kampung mereka. 

Pdt. Lukas adalah polisi yang memiliki ketrampilan melatih sepakbola. Sejak awal 90an, ia hidup di kampung tersebut. Ia berasal dari Talaud. 

Melalui sepakbola, relasi personalnya dengan komunitas Pulorejo terbentuk. Makin lama makin menguat. 


"Kalau ada orang meninggal, saya paling awal datang. Saat semua shalat, saya tetap di sana. Saya dan keluarga membaur dengan mereka," ujarnya sembari menyalami jemaatnya untuk berpamitan. Aku juga ikut-ikutan menyalami mereka karena di sampingnya.

"Tuhan memberkati,"

Kalimat itu berkali-kali aku dengar saat ia menyalami mereka. Aku sendiri lebih memilih mengucapkan "selamat natal," kepada mereka. Biar berbeda dari Pdt. Lukas.

Selain aku, beberapa calon legislatif juga hadir. Terlihat pula perwakilan Forkopimcam. Aku melihat beberapa perempuan berjilbab sibuk melayani pera jemaat yang makan.

Saat mereka pamit, aku memilih tetap di sana, menikmati suasana, bercengkerama dengan keluarga Pdt. Lukas dan beberapa jemaat yang masih tertinggal. 


Pdt. Lukas memperkenalkanku dengan Pdt. Ilan dari Kingmi Jakarta. Dia memimpin ibadah sore tadi. Kami berdua terlibat dalam diskusi seputar kekristenan dan situasinya di Indonesia, terutama menyangkut intoleransi.

Selain dua pendeta tadi, aku juga sangat senang bertemu kawan lamamu, Pdt. Eko --aktifis Tionghoa Jombang yang terkenal sangat kritis. Ia ternyata melayani di tempat Pdt. Lukas selama ini. Jarak gereja ini dengan rumahnya cukup jauh, sekitar 40 kilometer.

Kami berdua akhirnya bernostalgia hingga adzan isya' memanggilku. Waktunya pulang. Gerimis tebal memaksaku berteduh di pos kamling 500 meter dari gereja tersebut. 

Diam-diam, aku bersyukur telat karena mendapat banyak nikmat. 

Hujan masih terus mendera Tembelang.(*)

No comments:

Post a Comment

Featured Post

EMPAT TIPE IDEAL PERKAWINAN BEDA AGAMA (PBA); KAMU ADA DI MANA?

Surat Edaran Mahkamah Agung No. 2 Tahun 2023 semakin menyulitkan mereka yang ingin PBA tanpa mengubah kolom agama di KTP. SEMA a quo secara ...

Iklan

Tulisan Terpopuler