"Kalian tahu nggak, segitu sayangnya Islam pada Yesus, konon makamnya sudah dipersiapkan di Raudlah, kompleks kuburan paling sakral di Madinah," kataku.
***
Dari Bandung, aku berangkat menuju GKI Kebayoran Baru menggunakan kereta api Parahyangan, Sabtu (22/11). Tujuanku Stasiun Gambir. Aku berjalan kaki sejauh 2-3 kilometer dari Sinode gereja Kristen Pasundan menuju Pintu Selatan Stasiun Bandung.
Sampai di Stasiun Bekasi, pikiranku berubah. Aku ingin menuju GKI KB dengan rute agak menyusahkan; menggunakan commuter line (CL).
Aku putuskan turun di Stasiun Jatinegara dan pindah CL. Harusnya aku turun di Sta. Tanah Abang namun karena ini perjalanan pertamaku, aku agak bingung, dan akhirnya turun di Sta. Manggarai.
Petugas menyaranku mengambil kereta lanjutan ke Tanah Abang dan pindah rute menggunakan CL yang menuju Rangkasbitung.
"Betapa canggihnya rute CL ini. Canggih sekaligus rumit, membingungkan, dan menakutkan bagi yang tidak tahu. Persis konsep monoteisme trinitas," batinku.
Dari Sta. Tanah Abang, akhirnya aku sampai di Stasiun Kebayoran setelah terlebih dahulu melewati Sta. Palmerah. Dari sana aku diantar ojek online menuju tempat penginapan, sebelum dua jam kemudian aku dijemput Pnt. Dewi dan Pdt. Ronald.
"Kamu makin tampak dewasa, Ron," ujraku sembari memeluk Pdt. Ronald di lobby hotel.
Aku ketemu Ronald Pekuwali di GKI KB sekitar 2018. Saat itu ia masih belum pendeta namun aktif mendampingi jemaat muda. Aku berdoa dan mendorongnya agar segera memproses status kependetaan.
Nampaknya Tuhan mendengar. Aku bertemu dengannya lagi di muktamar Sinode Gereja Kristen Sumba tahun 2022. Ia memakai baju putih dan celana hitam. Ada beberapa orang, laki-laki dan perempuan, berseragam sepertinya. Rupanya ia akan ditahbiskan menjadi pendeta.
Malam itu aku kembali ke GKI KB bersamanya, untuk bertemu puluhan jemaat dalam acara pendalaman alkitab (PA). Kebanyakan dari mereka adalah anak-anak muda. Beberapa jemaat senior juga hadir.
Format PA malam itu adalah talkshow. Topiknya seputar masa Advent. Ronald menjelaskan krusialnya masa ini menjelang kelahiran Natal. Ia mendorong agar jemaat serius memikirkan makna natal ketimbang larut dalam selebrasinya saja.
"Gus Aan, bagaimana Natal dan Yesus menurut Islam?" tanya Debby, host malam ini.
Umat Islam terpecah, kataku. Kebanyakan melihat Natal dan Yesus sebagai fenomena yang tidak ada kaitannya, bahkan dianggap bermusuhan, dengan doktrin Islam.
"Aku dulu ikut kelompok tersebut. Duluuu. Kini aku berubah setelah belajar dan bergaul dengan berbagai kalangan, khususnya kristen," kataku.
Dalam al-Quran, tambahku, tidak ada satupun narasi negatif yang aku temukan terkait Yesus, apalagi menyangkut kelahiranya.
Sosok yang disebut Isa dalam al-Quran digambarkan sedemikian fenomenal saat lahir -- bahkan sebagai satu-satunya cerita kelahiran yang dijelaskan secara mendetil oleh alQuran.
Keperawanan suci Maryam digambarkan dalam al-Quran dalam konsep narasi yang terasa melampaui Alkitab.
"Dalam Alkitab kan Maryam digambarkan punya tunangan, sehingga saat ia melahirkan Yesus, sebagian publik masih menoleransi pemahaman Yusuflah sebagai ayah dari Yesus. Maryam terlindungi oleh kehadiran Yusuf secara sosiologis," ujarku.
Nah dalam al-Quran, Maryam benar-benar dilukiskan layaknya sebagai biarawati; hidup sendiri, jauh dari hiruk pikuk lelaki, hidupnya hanya digunakan untuk menyembah Tuhan.
Pdt. Ronald mengutip pertama kali firman tuhan malam itu. Yesaya 7:14 --yang menjelaskan nubuat kelahiran seseorang bernama Imanuel melalui perempuan muda. Dengan penuh semangat, Ronald menjelaskan tafsirnya.
"Kalian tahu nggak, ayat tersebut, entah bagaimana ceritanya, nampaknya mirip dengan apa yang disampaikan al-Quran terkait Isa," ujarku.
Aku melihat Debby melihatku dengan pandangan agak kaget, begitu pula Pdt. Ronald. Keduanya duduk di sebelah kananku.
"Aku bacakan versi arabnya ya biar aku tidak dituduh hoaks," kataku tertawa.
Aku lalu membacakan QS. 3:45 lengkap beserta terjemahannya.
اِذْ قَالَتِ الْمَلٰٓىِٕكَةُ یٰمَرْیَمُ اِنَّ اللّٰهَ یُبَشِّرُكِ بِكَلِمَةٍ مِّنْهُ ۖۗ اسْمُهُ الْمَسِیْحُ عِیْسَی ابْنُ مَرْیَمَ وَجِیْهًا فِی الدُّنْیَا وَالْاٰخِرَةِ وَمِنَ الْمُقَرَّبِیْنَ
(Ingatlah), ketika para malaikat berkata, “Wahai Maryam! Sesungguhnya Allah menyampaikan kabar gembira kepadamu tentang seorang kalimat (anak) dari-Nya, namanya Al-Masih Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat, dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah).
Bahkan, kataku, ada sederet gelar yang diberikan al-Quran untuk Yesus, misalnya, al-Masih (messiah), al-Rasul, Kalima allah, ruh al-alloh, abd allah, dll.
"Mungkin belum banyak dari kalian yang tahu, sedemikian sayangnya Islam pada Yesus, konon makamnya sudah dipersiapkan di Raudlah, kompleks kuburan paling sakral di Madinah," kataku.
Dalam Raudlah, ada 4 liang lahat. Ketiganya sudah terisi oleh Rasululloh, Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Masih tersisa satu liang lahat yang belum terisi.
" Konon, menurut beberapa riwayat hadits, liang lahat itu akan dihuni oleh Isa/Yesus setelah ia selesai menunaikan tugasnya di dunia. The second coming," kataku.
Forum terasa lebih sunyi. Mungkin mereka tidak menyangka Islam memiliki narasi seperti itu.
Aku tahu banyak orang Kristen yang tidak terlalu butuh justifikasi kehadiran Yesus dari agama lai, termasuk Islam. Namun pembelaan al-Quran dan hadits merupakan modal positif, sebagai jembatan, untuk merekonsiliasi ketegangan Kristen-Islam.
"Namun, kenapa justru orang Islam sendiri yang terasa tidak menyukai orang Kristen? Ini kan aneh?" tanyaku balik, mewakili kegalauan sebagian peserta forum.
Secara kristologi, Islam memiliki cara pandang unik, seunik pengikut Kristen trinitarian, untuk menghormati keberadaan Yesus. Keunikan ini tidak cukup terkomunikasikan dengan jelas dan proporsional. Alih-alih, keunikan tersebut malah justru menjadi bahan celaan antarkeduanya.
"Ayat-ayat al-Quran yang mengkritik model kekristenan trinitarian, termasuk model ketuhanannya atas Yesus, secara histroik, sulit dilepaskan dari ketegangan peperangan antara Nabi Muhammad dengan kelompok Makkah yang didukung oleh imperium kristen Byzantine dan Ghassanid," ujarku.
Faktor lainnya, sangat mungkin karena Islam memilih corak kristologi yang anti-trinitarian, sebagai konsekuensi dari banyaknya aliran-aliran anti-trinitarian yang telah lama beroperasi di semenanjung arabia, termasuk di sekitar Makkah, sebagaimana teori Prof. Irfan Sahid.
"Dan, jangan lupa, ada lagi faktor unik, khas Indonesia, yang menyumbang ketegangan Kristen-Islam," kataku.
Pascaperistiwa 1965, antara 1967-1969, terjadi lonjakan tajam pengikut Kristus. Konon jumlahnya mencapai satu juta orang. Banyak orang Islam menganggap kekristenan Indonesia melakukan upaya sangat serius menggembosi orang Islam di Indonesia.
"Bayangkan begini deh, besok pagi ada 100 orang jemaat GKI Kebayoran Baru pindah gereja secara massal, live tiktok pula. Bagaimana perasaan kalian, terutama pendeta dan MJ?" kataku.
Tiga faktor di atas bersatu padu memengaruhi cara pandang masyarakat Islam di Indonesia terhadap kekristenan; cara pandang keterancaman --yang kemudian diwariskan turun temurun melalui relasi dan jejaring pengetahuan.
Keterancaman ini telah berlangsung lebih dari 6 dekade. Namun demikian, melalui interaksi dengan komunitas Kristen dan non-Islam lainnya, hampir separuh orang Islam Indonesia nampak telah menunjukkan "kesembuhan" dari perasaan keterancaman tersebut.
Hal ini terlihat dari laporan survei yang dilakukan Muhtadi dan Mietzner pada 2020. Setidaknya 47% orang Islam tidak lagi keberatan orang non-Islam membangun rumah ibadan di lingkungannya, termasuk juga tidak keberatan mereka menduduki jabatan publik, seperti bupati, walikota maupun gubenrnur.
Saat sesi tanya jawab, aku meladeni berbagai pertanyaan kritis dari para peserta, baik tua maupun muda. Aku ladeni satu per satu, dengan respon jujur dan terbuka.
"Bersetialah pada ajaran Kristus, sebagaimana omongan rasul Paulus -- iman, pengharapan dan kasih. Dua di awal adalah lapisan dalam, cukup kamu saja yang tahu. Publik menanti yang ketiga, kasih, sebagai resultante dari keduanya," kataku. (*)



No comments:
Post a Comment