Ada Yesus dan Petrus dalam kata Id(ul) Adha dan Id(ul) Fitri


Seorang kawan, cewek lulusan Teologi UKDW yang jadi PNS di Kemenag, mengingatkanku; penulisan yang benar adalah "iduladha," atau "idulkurban," -- bukan "idul adha," atau "idul kurban,"

"Digabung ya, gus, tidak dipisah," tulisnya di wall FBku.

Aku merasa seperti penjual soto Lamongan yang sedang menerima order nasi dan kuah soto dicampur, dijadikan satu --padahal biasanya terpisah.

Aku tak hendak mendebatnya selain mengatakan aku masih menunggu penjelasan dari KBBI kenapa dua diksi tersebut harus digabung, padahal "biasanya," terpisah. 

"Mungkin KBBI tidak siap berpisah, takut LDR, Feb," kataku mencoba jenaka. 

Selama ini ku selalu mengartikan kata "id," dalam dua hari raya dengan kata "kembali,"; Idul Fitri berarti "Kembali ke fitrah penciptaan manusia," dan Idul Adha bermakna "Kembali berkorban,"

Namun siang ini, rasanya aku harus mengoreksi pemahamanku terkait kata "id," Kata ini menurutku lebih tepat diartikan sebagai "perayaan," atau "festival," 

Sebab secara historik, munculnya dua hari raya ini merupakan respon Islam awal (saat Nabi masih hidup) ketika hijrah ke Medina dan menyaksikan penduduk asli (komunitas Yahudi) merayakan dua perayaan. 

Sangat mungkin Nabi merasa perlu umat Islam memiliki hari raya sendiri dalam rangka memperkuat konsolidasi keimanan umat. Jika benar demikian, maka yang terjadi selanjutnya adalah cara kerja normati interrelasi kebudayaan;  amati, tiru dan modifikasi. Informasi seputar hal ini setidaknya terekam dalam Musnad Ibn Hanbal No.11595, 13058, 13210.


Id sebagai momentum bersuka cita juga dapat ditemui dalam Shahih al-Bukhari No. 3931.  Di hadits tersebut, Aisha menceritakan kenangannya bersama sang suami (Nabi Muhammad). 

Saat itu mereka berdua sedang menikmati alunan lagu yang dinyanyikan dua penyanyi perempuan, merayakan hari Bu'ath --pertempuran besar antara dua suku Yahudi Madinah; Aws dan Khazraj.

Saat keduanya asyik menikmati, datanglah Abu Bakar -- ayah Aisha yang sekaligus mertua Nabi. "Instrumen musik adalah setan," seru Abu Bakar sembari menatap dua penyanyi. 

Nabi menjawabnya dengan santai "Biarkan saja, Abu Bakar. Setiap bangsa memiliki perayaannya, dan hari ini adalah perayaan kita,"

Id dalam makna "hari raya/perayaan/festival," bahkan terekam dalam al-Quran. Dan yang mengagumkan, ayat tersebut merujuk pada perkataan Yesus kepada para muridNya (hawariyyun). 

قَالَ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ اللهم رَبَّنَآ اَنْزِلْ عَلَيْنَا مَاۤىِٕدَةً مِّنَ السَّمَاۤءِ تَكُوْنُ لَنَا عِيْدًا لِّاˆوَّلِنَا وَاٰخِرِنَا وَاٰيَةً مِّنْكَ وَارْزُقْنَا وَاَنْتَ خَيْرُ الرّٰزِقِيْنَ

Isa putera Maryam berdoa, "Ya Tuhan kami turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau, beri rezekilah kami, dan Engkaulah pemberi rezeki Yang Paling Utama." (QS. Al-Maidah (5):114)

Terjemahan Inggris versi Yusuf Ali maupun Shahih International memberi arti kata " 'idan," dengan "festival," 

English - Sahih International:

"Said Jesus, the son of Mary, "O Allah, our Lord, send down to us a table [spread with food] from the heaven to be for us a festival for the first of us and the last of us and a sign from You. And provide for us, and You are the best of providers."

English - Yusuf Ali:

"Said Jesus the son of Mary: "O Allah our Lord! Send us from heaven a table set (with viands), that there may be for us - for the first and the last of us - a solemn festival and a sign from thee; and provide for our sustenance, for thou art the best Sustainer (of our needs)."

Oleh al-Quran, Yesus diceritakan mampu menghadirkan satu set meja hidangan, lengkap dengan aneka makanannya, dari Tuhan secara magis. Mungkin seperti para pesulap atau kisah-kisah keajaiban para Rasul dalam banyak kitab suci.

Yang menarik, Tafsir versi Kemenag RI, sebagaimana yang aku miliki, mencoba merelasikan ayat ini dengan "Doa Bapa Kami," dalam Matius 6:11 serta laparnya rasul Petrus dalam Kisah Para Rasul 10:9-12. 

Aku sempat tercenung sesaat; ini apa-apaan ya? Apa yang sebenarnya ingin disampaikan oleh kitab suciku?

Jika mau jujur, QS.5:114 memang tidak cukup gamblang menjelaskan; dalam konteks apa persisnya Yesus menghadirkan makanan bagi para muridNya. Jangan-jangan ayat ini tentang Perjamuan Akhir sebelum Yesus dikhianati dan akhirnya disalibkan. Entahlah.

Namun dalam jamuan akhir tersebut, aku hanya membayangkan bagaimana cara Yesus saat melayani para muridNya; Eh kamu, ya kamu... Sotonya dipisah atau campur? (*)

1 comment:

Featured Post

EMPAT TIPE IDEAL PERKAWINAN BEDA AGAMA (PBA); KAMU ADA DI MANA?

Surat Edaran Mahkamah Agung No. 2 Tahun 2023 semakin menyulitkan mereka yang ingin PBA tanpa mengubah kolom agama di KTP. SEMA a quo secara ...

Iklan

Tulisan Terpopuler