Satu Melawan Enam; Ada Tionghoa di Gereja Jawa


Setelah sempat jeda cukup lama, bedah buku narasi memori "Ada Aku di antara Tionghoa dan Indonesia," kembali disulut lagi. Penyelenggaranya, gabungan beberapa organisasi dengan tim kecil dari GUSDURian Klaten dan GKJ Karangdowo, Sabtu (3/11), di Aula Klasis Klaten Timur dekat stasiun Klaten.

Kerja kilat beberapa hari membuahkan forum diskusi yang gayeng dengan Pak Yahya Yusuf dari UKDW sebagai pembedahnya. Ya, Tionghoa dibincang di gereja Jawa.

Enam penulis yang semuanya bukan-Tionghoa hadir memberi kesaksian atas apa yang mereka tulis. Gus Jazuli Klaten hadir memberikan sambutan dan mengikuti bedah buku sampai selesai.

Kerennya buku ini, aku kira, terletak dari kejujuran para penulis menarasikan kisah hidupnya ketika bersinggungan dengan kelompok Tionghoa. Lail, salah satu penulis misalnya, perlu menapaktilasi kembali persahabatannya dengan Lily, teman Tionghoanya, yang telah terputus 25 tahun agar tulisannya selesai. "Saya bersusah payah mencarinya kembali agar bisa menyelesaikan tulisan," ungkapmya.

Cerita Doni sungguh dramatis. Pendeta gereja GKJ di wilayah Ambarawa ini sejak awal memang punya ketidaksukaan dengan kelompok Tionghoa. Hingga pada suatu ketika ada rombongan mahasiswa/i teologi yang belajar di gerejanya. "Bajigur, lha kok Cino kabeh. Matek aku," ungkapnya yang disambut gelak tawa peserta bedah buku. Namun justru di sanalah titik baliknya.

Buku ini keren, terlepas dari masih perlunya perbaikan-perbaikan minor. Jika boleh jujur, belum ada yang bisa menandingi buku setebal 435 halaman ini, yang berisi cerita nyata 73 penulis saat bergulat dengan ketionghoaan. Sebagian besar penulisnya bukanlah Tionghoanya, dan semuanya menulis secara sukarela.


Kalau kamu tertarik mengadakan bedah bukunya, aku akan kasih 2 buku gratis dan mengupayakan 1-2 penulis hadir dalam acara tersebut.

Tak perlu berharap ada dukungan finansial untuk penyelenggaraan acara tersebut karena aku percaya kamu mampu mengupayakannya sendiri.

Jika berminat, jangan sungkan menghubungiku ya. Seluruh keuntungan penjualan buku ini digunakan untuk mencetaknya kembali.

*** Thank to Dhyana, Ilham, dan semua pihak. Upahmu besar di Surga.

No comments:

Post a Comment

Featured Post

EMPAT TIPE IDEAL PERKAWINAN BEDA AGAMA (PBA); KAMU ADA DI MANA?

Surat Edaran Mahkamah Agung No. 2 Tahun 2023 semakin menyulitkan mereka yang ingin PBA tanpa mengubah kolom agama di KTP. SEMA a quo secara ...

Iklan

Tulisan Terpopuler